ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5


Ilustrasi Kuah Pliek- U, makanan khas daerah Aceh (Foto: Liputan6.com)


ACEH merupakan salah satu wilayah yang memiliki ciri khas paling berbeda dengan wilayah lainnya. Kekayaan budaya masyarakatnya membuat Aceh tak lagi dipandang sebelah mata.
Perang berkepanjangan telah membuat wilayah bagian barat Indonesia ini berantakan, ditambah lagi musibah tsunami yang  meluluh-lantakkan hampir semua wilayah pesisirnya.
Sejak dulu hingga kini, Aceh dikenal sebagai wilayah dengan kekayaan budaya masyarakat yang berlimpah. Tari saman menjadi warisan budaya dunia, penerapan syariat Islam menjadikan Aceh dijuluki sebagai `Serambi Mekah`.
Tak hanya dengan budaya, Aceh juga memiliki beragam makanan tradisionalnya untuk  memanjakan  lidah jika mencicipinya, salah satu makanan tersebut adalah kuah Pliek-U, kuliner khas Aceh sangat digemari masyarakat khususnya  saat ini.
Masakan atau gulai khas Aceh ini dahulunya merupakan  gulai para raja yang dikenal dengan nama "Kuah Pliek-U". Gulai ini dibuat dari campuran berbagai jenis sayuran ditambah "Pliek-U" dan kepala ikan asin sebagai penyedapnya.
Pliek-U atau dalam bahasa lainnya patarana merupakan hasil olahan ampas kelapa yang telah dibusukkan untuk diperas minyaknya. Sejak dahulu, masyarakat Aceh sering mengolah kelapa untuk diambil minyaknya. Minyak ini biasa digunakan sebagai minyak goreng. Ampas dari olahan kelapa ini kemudian dikeringkan dengan dijemur sehingga menghasilkan Pliek-U yang berwarna kecoklatan. 
Pliek-U berfungsi sebagai bumbu penyedap untuk mengolah sayur-sayuran yang akan dijadikan kuah (gulai). Sayur-sayuran yang digunakan seperti buah melinjo muda, daun melinjo, kacang panjang, kacang tanah, nangka muda, pepaya muda, rebung, terong muda serta santan dari kelapa tua yang kemudian menjadi Gulai (kuah) Pliek-u.
Saat dimasak, kuah ini akan mengeluarkan aroma sedap yang mampu membuat liur menetes. Gurihnya kuah Pliek-U membuat kita tak mampu menahan nafsu untuk terus mencicipinya. Kelezatanya membuat perut terus lapar, sehingga terkadang kita lupa bahwa kita telah kenyang. Biasanya kuah Pliek-U disantap bersama nasi putih, ikan asin dan emping melinjo.
"Dalam tradisi Aceh, kuah pliek- u biasanya disajikan pada saat acara-acara besar, seperti penyambutan tamu besar serta digunakan sebagai gidangan istimewa untuk menemani makanan yang lain bersama keluarga," sebut Maulita (30) seorang penikmat kuah Pliek di Aceh Utara.
Biasanya, setelah aroma gulai (kuah) pliek-u menguap dari dandang, saya tidak pernah jauh dari dapur. Piring kecil selalu menemaninya untuk menyantap kuah tersebut. Habis satu piring, ingin terus menambah untuk piring berikutnya, sering sampai lupa makan nasi. Tidak jarang, makan malampun hanya cukup dengan gulai para raja itu. Pernah, menu sarapan pagi cukup dengan gulai (kuah) pliek-u ditambah nasi putih.

Tak hanya itu,  Pliek-U juga sering dijadikan bumbu colek saat merujak. Maulita sering mencampur Pliek-U,  dengan garam, gula dan cabai rawit sebagai bumbu colek untuk mangga muda, pisang muda, salak, jamblang, dan rumbia. Merujak dengan Pliek-U adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk mengisi waktu kosong dalam aktifitas sehari-hari. Tuturnya.
Bagi masyarakat  yang belum dan  ingin menikmati sensasi gulai para raja Aceh tempo doeloe, silakan mencoba kuah pliek-u. Bayangkan, saat menyantap gulai ini, anda benar-benar seperti seorang raja yang sedang duduk di singgasana. ()


About M. Sikumbang

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top