Ilustrasi Kuah Pliek- U, makanan khas daerah Aceh (Foto: Liputan6.com) |
ACEH merupakan salah satu wilayah yang
memiliki ciri khas paling berbeda dengan wilayah lainnya. Kekayaan budaya
masyarakatnya membuat Aceh tak lagi dipandang sebelah mata.
Perang berkepanjangan telah membuat wilayah
bagian barat Indonesia ini berantakan, ditambah lagi musibah tsunami yang meluluh-lantakkan hampir semua wilayah
pesisirnya.
Sejak dulu hingga kini, Aceh dikenal
sebagai wilayah dengan kekayaan budaya masyarakat yang berlimpah. Tari saman
menjadi warisan budaya dunia, penerapan syariat Islam menjadikan Aceh dijuluki
sebagai `Serambi Mekah`.
Tak hanya dengan budaya, Aceh juga
memiliki beragam makanan tradisionalnya untuk memanjakan lidah jika mencicipinya, salah satu makanan
tersebut adalah kuah Pliek-U, kuliner khas Aceh sangat
digemari masyarakat khususnya saat ini.
Masakan atau gulai khas Aceh ini dahulunya
merupakan gulai para raja yang dikenal
dengan nama "Kuah Pliek-U". Gulai ini dibuat dari campuran
berbagai jenis sayuran ditambah "Pliek-U" dan kepala ikan asin sebagai
penyedapnya.
Pliek-U atau dalam bahasa lainnya patarana
merupakan hasil olahan ampas kelapa yang telah dibusukkan untuk diperas
minyaknya. Sejak dahulu, masyarakat Aceh sering mengolah kelapa untuk diambil
minyaknya. Minyak ini biasa digunakan sebagai minyak goreng. Ampas dari olahan
kelapa ini kemudian dikeringkan dengan dijemur sehingga menghasilkan Pliek-U yang berwarna kecoklatan.
Pliek-U berfungsi sebagai bumbu penyedap
untuk mengolah sayur-sayuran yang akan dijadikan kuah (gulai). Sayur-sayuran
yang digunakan seperti buah melinjo muda, daun melinjo, kacang panjang, kacang
tanah, nangka muda, pepaya muda, rebung, terong muda serta santan dari kelapa
tua yang kemudian menjadi Gulai (kuah) Pliek-u.
Saat dimasak, kuah ini akan
mengeluarkan aroma sedap yang mampu membuat liur menetes. Gurihnya kuah Pliek-U membuat kita tak mampu menahan
nafsu untuk terus mencicipinya. Kelezatanya membuat perut terus lapar, sehingga
terkadang kita lupa bahwa kita telah kenyang. Biasanya kuah Pliek-U disantap
bersama nasi putih, ikan asin dan emping melinjo.
"Dalam tradisi Aceh, kuah pliek- u
biasanya disajikan pada saat acara-acara besar, seperti penyambutan tamu besar
serta digunakan sebagai gidangan istimewa untuk menemani makanan yang lain
bersama keluarga," sebut Maulita (30) seorang penikmat kuah Pliek di Aceh Utara.
Biasanya, setelah aroma gulai (kuah) pliek-u menguap dari dandang, saya tidak
pernah jauh dari dapur. Piring kecil selalu menemaninya untuk menyantap kuah
tersebut. Habis satu piring, ingin terus menambah untuk piring berikutnya,
sering sampai lupa makan nasi. Tidak jarang, makan malampun hanya cukup dengan
gulai para raja itu. Pernah, menu sarapan pagi cukup dengan gulai (kuah) pliek-u ditambah nasi putih.
Tak hanya itu, Pliek-U
juga sering dijadikan bumbu colek saat merujak. Maulita sering mencampur Pliek-U, dengan garam, gula dan cabai rawit sebagai
bumbu colek untuk mangga muda, pisang muda, salak, jamblang, dan rumbia.
Merujak dengan Pliek-U adalah kegiatan yang sering dilakukan untuk mengisi
waktu kosong dalam aktifitas sehari-hari. Tuturnya.
Bagi masyarakat yang belum dan ingin menikmati sensasi gulai para raja Aceh tempo doeloe, silakan mencoba kuah pliek-u.
Bayangkan, saat menyantap gulai ini, anda benar-benar seperti seorang raja yang
sedang duduk di singgasana. ()
Tidak ada komentar: