Yayasan Geutanyoe menggelar pameran foto, pemutaran film video selama dua hari di kantor P2TP2A Kota Langsa, Senin (16/05/2016). Photo/Ist |
Langsa - Dalam rangka memperingati satu tahun
Rohingnya di Langsa, Yayasan Geutanyoe menggelar pameran foto, pemutaran film video
selama dua hari di kantor P2TP2A Kota Langsa, Senin (16/05).
Kegiatan
ini merupakan sebuah kesempatan bagi pengungsi untuk mengepresikan potret
kehidupan mereka selama di Aceh, kata Humanitarian Cordinator Yayasan Geutanyoe
Nasruddin.
Lebih
lanjut dikatakan olehnya, selain itu pengungsi rohingya juga mengirim surat
kepada lembaga PBB dan Presiden Indonesia Jokowidodo terkait batas waktu yang
diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada pengungsi tersebut. Karena batas
waktu mereka menatap hanya sampai tanggal 15 mei kemarin, namun surat yang
dikirimkan ini meminta pemerintah untuk menambahkan waktu sampai mendapatkan
Negara ketiga.
Menurutnya,
penanganan pengungsi rohingnya di Aceh lebih
baik dibandingkan dengan beberapa provinsi lain maupun Negara lain,
mereka diperlakukan secara manusiawi sehingga kegembiraan diwajah anak-anak
sangat terlihat.
“Begitupun
dukungan dan perhatian pemerintah Kota Langsa terhadap penanganan pegungsi
rohingnya semenjak hari pertama sampai saat ini cukup baik, sehingga para LSM dan
donatur bisa bekerja sesuai dengan tupoksi masing-masing,” terang Nasruddin.
Sementara
itu Wakasatgas Penanggulangan pengungsi rohingya di Kota Langsa Suriyatno AP
MSP, mengatakan akan terus membantu pegungsi rohingya secara kemanusian baik
dibidang kesehatan maupun pendidikan.
Menurutnya,
hingga saat ini belum ada kebijakan dari pemerintah pusat tehadap nasib mereka apakah
akan di deportasi ke negaranya di Myanmar atau direlokasi ke tempat lain dan
malah bisa menetap di daerah ini.
Meski
demikian pemerintah akan tetap menangani mereka hingga batas waktu yang belum
ditentukan, kata Suriyatno.
Sementara
itu Direktur Internasional Yayasan Geutanyoe Lilianne Fan, menyampaikan selama
rohingnya berada di Aceh setahun ini pemko Langsa dan pemerintah Aceh tekah
menunjukkan Humanitarian Leadership yang luar biasa dan sangat Colloborative
dengan semua pihak.
Ini
merupakan sebuah pencapaian yang bersejarah, termasuk menyusun SOP, kode etika
dan integrasi anak rohingnya. Ke dalam sekolah formal bagi pengungsi etnis
rohingnya yang sudah lama tertindas ini merasa telah menemukan kehidupan baru
serta keluarga baru di Aceh. Pungkas Lilianne.
Kondisi warga Sinabung yang ada di pengungsian saat ini butuh perhatian dan bantuan masyarakat dan pemerintah Indonesia
BalasHapus