ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Khaadija Ismayilova, Wartawan Invetigasi Azerbaijan (youtube.com)
Pelita8, Helsinki - Jurnalis lepas dan kontributor  “Radio Free Europe” asal Azerbaijan,  Khadija Ismayilova meraih Guillermo Cano World Press Freedom Prize, sebuah penghargaan UNESCO kepada mereka yang berjasa terhadap aktivitas kebebasan pers dunia.   
Seperti di kutip pada laman  kompas.com, penghargaan tersebut diterima oleh ibunya Elmira Ismayilova tepat pada World Press Freedom Day (Hari kebebasan Pers dunia)  di Hall Helsinki Finlandia, Selasa (3/15/16).
Selain Plakat , Cano Foundation  Kolumbia dan Helsingin Sanomat Foundation Finlandia, dua lembaga yang mendanai kegiatan ini juga menghadiahkan uang sebesar 25.000 Dollar AS atau setara dengan Rp. 350 juta .
Khadija hanya mengirimkan surat dan tidak hadir langsung menerima penghargaan karena  masih mendekam di penjara sejak 2015 dengan tuduhan  penyalahgunaan kekuasaan, menghindar pajak dan aktivitas bisnis ilegal. Walaupun  banyak pihak meragukan saksi dan bukti yang dihadirkan, khadija tetap dijatuhi hukuman tujuh setengah tahun penjara.
Besar dugaan ia dikriminalisasi karena sering memberitakan hasil investigasinya tentang korupsi yang dilakukan keluarga kepresidenan Azerbaijan Ilham Aliyev.
"Kejahatanku? Jurnalisme investigasi," kata Khadija melalui suratnya yang dibacakan pada saat pemberian penghargaan.
Namun, bagi Khadija dipenjara tidak berarti pemerintah berhasil membungkamnya. "Saya tetap hidup untuk memperjuangkan keadilan, tak seperti rekan kerja sekaligus teman baikku Elma," katanya.


Elmar Huseynov, editor majalah hak asasi manusia "The Monitor" ditembak mati di depan rumahnya pada 2 Maret 2005.  
Menurut Khadija, kemanusiaan menderita ketika jurnalis dibungkam. "Derajat kita diturunkan dan kemanusiaan kita dilanggar oleh serangan pada hak mendasar kita, oleh ketidaksukaan pada keadilan, oleh kecaman atas keadilan, dan penyangkalan kebenaran."


"Berjuanglah demi kebenaran, dan beranilah bertanya dan berpikir kritis. Perangi korupsi dan tuntut integritas serta pemerintahan berbasis hukum," tutur Khadija. 



"Jangan takut. Pengorbananmu tak sia-sia. Berjuanglah bersamaku demi kebebasan, dan demi kebenaran," lanjut Khaadija.

Komite perlindungan wartawan dunia (CPJ)  mencatat secara global 1.189 jurnalis dibunuh sejak 1992, sepuluh di antaranya adalah wartawan Indonesia.
(ZulSyarif)







About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top