Foto : SMAN 3 Semarang |
Pelita8, Semarang - Siswa SMAN 3 Semarang, khususnya kelas IPA reguler, jelas kecewa karena tak lolos SNMPTN 2016. Mereka meluapkan emosi saat pihak sekolah bertemu dengan orangtua siswa, Kamis (12/5/2016).
Di bawah ini adalah curhat Achmad Ilham N yang di-broadcast ke lingkungan terbatas. detikcom mengkonfirmasi pesan tersebut, Sabtu (14/5/2016), dan Achmad yang juga peraih medali emas Olimpiade Penelitian 2015 ini membenarkan itu adalah tulisannya. Berikut curhat sekaligus penjelasan sistem pendidikan di SMAN 3 Semarang.
Tak henti-hentinya masalah MUSIBAH yang diderita anak SMAGA (SMAN 3 Semarang) kian diperbincangkan massa. Kini saya akan mencoba menjelaskan situasi yang sebenarnya berdasar pertemuan yang dihadiri oleh Orangtua Murid, Pihak Sekolah, Dinas Pendidikan, Wakil Walikota Semarang, dan anggota DPR RI Komisi 10 (Kamis 12/05/2016) di Ruangan Multimedia SMA 3 Semarang. Hal ini sekaligus membantah segala yang dikatakan oleh media masa.
Didalam rapat, banyak sekali temuan-temuan yang menurut penulis sangat menakjubkan. Tentu hal ini tidak lepas karena kecermatan, kepintaran, dan kepedulian baik dari pihak sekolah maupun orang tua. Orang tua sebagai tombak harapan siswa tak henti-hentinya menanyakan kemungkinan kesalahan yang dilakukan sekolah mengenai permasalahan SNM kali ini. Namun semua itu telah terjawab dengan indah dan jelas baik dari pihak sekolah maupun orangtua sendiri.
(Ok Let's Start)
Dalam rapat, salah satu orang tua yang rupanya ahli IT (Dosen di sebuah instansi) membahas bahwa sistem yang dibuat pihak SNMPTN terdapat lubang yang dapat mencederai sekolah-sekolah lain. Apabila kita mengacu SOP yang ada, memang seharusnya sistem SKS yang diterapkan oleh sekolah-sekolah dapat memungkinkan adanya perbedaan mapel yang dipilih oleh masing-masing siswa. Bisa saja anak yang pintar ingin menyelesaikan mapel tertentu di semester tertentu. Sehingga semester depan ia hanya belajar mapel lain. Dari banyaknya kemungkinan yang akan terjadi (yakni setiap siswa boleh memilih mapel A disemester 1/2/3/4/5, maupun mapel lain). Sekolah memiliki terobosan dengan cara dibuatkan Menu (Piliihan) Mapel di mana setiap siswa diperbolehkan memilih menu-menu yang disediakan sekolah. Dan sistem adanya menu ini hanya diterapkan di beberapa sekolah tertentu misal di SMA 3 Semarang.
Berbeda dengan sekolah lain. Walaupun sama-sama sistem SKS tetapi mereka tidak terdapat pilihan menu dalam kata lain siswa satu angkatan akan mendapatkan variasi mapel per semester yang sama.
Penulis mengilustrasikan seperti ini :
Misal siswa A dan B bersekolah di SMA 3 Semarang (SKS + Menu), sedangkan C dan D bersekolah di sekolah tertentu (SKS Tanpa Menu). Di SMA 3 Semarang siswa A dan B memilih menu yang berbeda dengan kata lain misal A memilih Menu 1 dan B memilih menu 2. Sedangkan siswa C dan D tidak memiliki pilihan yang artinya mereka seragam dalam varian mapel per semester.
Dalam sistem menu bisa saja si A (menu1) semester tiga tidak mendapatkan (OFF) Mapel Bio (Biologi) misalnya namun si B (menu2) terdapat mapel tersebut (ON). Sedangkan di sekolah lain (C dan D) mereka satu menu atau dalam kata lain ketika si C tidak mendapatkan mapel Bio secara seragam si D juga tidak mendapatkan. Ini yang membuat perbedaan antara sistem SKS berMenu dan sekolah yang hanya SKS tanpa menu
Oke kita kembali ke permasalahan PDSS.
Awal sebelum menginput nilai, sekolah dihadapkan dengan pilihan kurikulum SKS atau Reguler, tentu SMA 3 Semarang memilih SKS. Namun dalam sistem yang dibuat oleh pihak SNMPTN kurang mencakup fasilitas bagi sekolah dgn sistem SKS + Menu. Lantas dampaknya seperti apa?
Begini...
Setelah pemilihan kurikulum (SKS/Reguler) sekolah yang bersistem SKS + Menu dihadapkan fasilitas yang kurang memadai. Misal di semester 3 si A (menu 1) ON mapel Fisika, namun di semester yang sama si B (menu 2) OFF mapel fisika. Nah kebijakan sekolah untuk mengON kan pilihan mapel fisika. Ktika itu sekolah telah mengontak pihak IT SNMPTN mereka bilang untuk sistem ON OFF yang OFF biar kan saja (dikosongi saja) . Penulis mengira pihak SNM belum familiar dengan sistem Menu sehingga sekolah yang ber SKS + Menu tidak diberi fasilitas tambahan dalam website.
Apakah sistem SKS + Menu salah? Tidak..... Ini mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
Berdasarkan saran dari pihak SNM maka sekolah memutuskan bagi menu yang pada saat itu tidak mendapatkan mapel X namun menu lainnya dapat, agar membiarkan nilai kosong pada mapel "OFF pada semester tertentu. Masalah selesai? Not yet . . .
Kenyataannya siswa yang mendapatkan OFF mapel tertentu, justru memiliki beban pembagi yang sama dengan siswa di menu lain yang full mapel. Hal ini terbukti setelah adanya pengumuman kuota 75%. Dimana menu 1 OFF mapel Kimia pada semester ketiga.
Seharusnya seandainya pihak panitia menginginkan SEMUA MAPEL HARUS DIISIKAN WALAU SAAT ITU OFF dari sistem yang dibangun perlu ada WARNING SYSTEM. Realistisnya, web tersebut tidak terdapat WARNING SYSTEM. Warning system merupakan semacam peringatan dini sebelum mensubmit data. Sebagai contoh, hal ini (WS) dapat kalian jumpai ketika kalian mengisi google form dan disitu terdapat tulisan "HARUS DIISI" sehingga kalian tidak dapat mensubmit apabila data tersebut kosong.
Lantas sekarang Anda dapat menyimpulkan sendiri sebenarnya salah siapa?
Cukup Sekian.
(detik.com)
Tidak ada komentar: